Kehilangan Sang Penangkal Dingin

By 10.36

Harapanku, menemukan penangkal dingin kesenangan hatiku
Dalam perjalanan tak begitu
Justru angin yang terus berpapasan denganku
Membuat dingin menusuk hingga dalamnya
Sendu dan menyisakan gemeretak di rongga mulut

Dalam ngilu aku berteriak tanpa suara
Ah hanya resah yang tersampaikan
Sarat kesedihanku
Bukannya penangkal dingin itu harapan?
Mengapa ia menjadikanku pecundang saja?

Diam dan sendu
Lagi-lagi tanpa kata, lirih tanpa penghubung
Sekeliling kusapu jejak-jejak jalan
Lantas memindai wajah-wajah
Entah kapan akan bermuara surga yang kuincar

Pandangan saja mungkin cukup
Tapi malang merapuhkan keberuntungan
Pertemuan tersendat dalam harap
Dan harapan tergantung dalam mendung yang tak segera kuyup

Berapa malam harus kulewati untuk menghitung bintang
Berapa ribu rotasi bumi pada porosnya untuk tersenyum
Berapa kilometer aku menyapu pandangan
Hanya menanti sang penangkal dinginku

Lagi-lagi angin dan dingin
Tak kunjung berubah makna dari kata rindu

Rindu??
Kadang begitu sulit untuk jujur atas rindu
Tapi alam tak bisa ditipu
Semilir hingga menggigil selalu menyindir

Betapa sederhana inginku untuk bahagia
Hanya untuk menemukan sang penangkal dingin idaman
Hanya menanti refleksku tersenyum ketika mendapatinya

Lalu
Entah sengaja entah tanda
Harap yang mewujud
¾    Memang sulit ditebak
Sang penangkal dingin melintas tiba-tiba
Tapi tak lagi hangat yang kurasa
Harap itu ternyata terbayar setengah
Harap itu mewujud menjadi lebih pedih
Sang penangkal dingin diarak badai yang melilitnya
Membumbungnya, menggulungnya dalam pusaran
Aku tercekat membatu
Ingin meraihnya tapi badai sekarang jadi pemiliknya
Aku menunduk termangu
Memusarakan harapan yang sekonyong menjadi begitu hambar
Aku membeku, tercekat, lenyap dalam harap kosong
Mencundang, meradang. . .

Salatiga


011013

You Might Also Like

0 komentar

Torehkan komentar Anda di sini.
:)